Rabu, 06 Juni 2012

akomodasi yang ada di dekat orang dengan jemari desa yang bukan kampungan.
tarik ucapan anda jika anda mengatakan wilayah saya kampungan, pada kesempatan yang kurang berbahagia ini saya akan memperlihatkan betapa sexynya wilayah jemari desa yang bukan kampungan ini, agar tampak keren, pada kesempatan yang kurang berbahagia ini jemari ini akan menggunakan bahasa bule alias bahasa selat pasih.





  Bali Mountain Villa is a secluded and picturesque retreat located in the mountains of central Bali close to the traditional town of Bangli which has won awards for the best kept town in Bali. Here you can get away from the hustle and bustle of the traditional tourist spots. This spacious private family villa with three double bedrooms, swimming pool and flowered garden is available for rent. It is situated on the foothills of Mt Kintamani surrounded by native flora with stunning views across a deep forested valley. It is one hours drive from the airport with the nearest beach 45 minutes away. The famous tourist/cultural centre of Ubud is 20 minutes away. The house has been built in a traditional Balinese/Western style and is equipped with modern appliances for comfortable family living. Currently the facilities are suitable for up to six persons.



objek wisata
bangli, sebuah wilayah bukan negara dimana tempat lahirnya seekor orang dengan jemari desa yang bukan kampungan, dalam suasana yang berbahagia ini dengan cuaca matahari yang cantik dibalut awan yang menawan di sore hari yang sexy saya akan memperkenalkan tentang wilayah saya. jadi jangan heran ketika seekor orang dengan jemari desa yang bukan kampungan lahir di tengah-tengah wilayah yang sexy nan menawan,inilah pura KEHEN.




Pura Kehen yang terletak di Desa Cempaga, Bangli, memiliki banyak keunikan. Selain letaknya yang strategis, pada pintu masuk pura tidak
menggunakan Candi Bentar seperti pada Pura Kahyangan Jagat umumnya. Pintu masuk Pura Kehen memang agak berbeda, yakni menggunakan Candi Kurung. Di samping itu, keberadaan Bale Kulkul pada batang pohon Beringin turut memberi warna lain bagi Pura Kehen yang menjadi salah satu objek pariwisata unggulan Kota Bangli.

Meski telah ditemukan tiga prasasti tentang Pura Kehen, namun belum dapat dipastikan kapan sejatinya pura tersebut didirikan, dan apa yang menjadi asal-usul nama Kehen itu sendiri. Berdasarkan prasasti ketiga yang berangka tahun 1204 Masehi disebutkan beberapa pura yang mempunyai hubungan kesatuan meliputi Pura Hyang Hatu, Hyang Kedaton, Hyang Daha Bangli, Hyang Pande, Hyang Wukir, Hyang Tegal, Hyang Waringin, Hyang Pahumbukan, Hyang Buhitan, Hyang Peken Lor, Hyang Peken Kidul dan Hyang Kehen.
Kehen sendiri diperkirakan berasal dari kata keren (tempat api), bila dihubungkan dengan prasasti pertama yang berbahasa Sansekerta– namun tidak berangka tahun—di mana di dalamnya menyebutkan kata-kata Hyang Api, Hyang Karinama, Hyang Tanda serta nama-nama biksu.

Jro Pasek Pura Kehen sebagai salah satu Dangka di Pura Kehen mengaku belum begitu banyak mengetahui terkait sejarah Pura Kehen, terlebih Jro Pasek yang masih berusia 23 tahun ini baru satu setengah tahun menjadi Jero Mangku di Pura Kehen. Meski belum mengetahui terkait sejarah Pura Kehen, namun keunikan atau kejadian mistis yang pernah terjadi di Kehen pernah didengarnya dari cerita orangtua. Seperti halnya munculnya ula (ular) duwe pada tahun 1960 pagi, saat itu masyarakat setempat yang baru saja selesai menyapu di jaba pura menyaksikan secara langsung munculnya ular duwe tersebut.
Selain itu, masyarakat setempat sangat percaya jika patahnya pohon beringin yang terdapat di pura sebagai pertanda grubug (musibah). Hal tersebut disimpulkan dari kejadian-kejadian yang pernah terjadi secara turun temurun.

Tidak hanya itu, letak bagian yang patah juga diyakini sebagai pertanda musibah tersebut akan melanda orang tertentu. Misalnya pada saat raja Bangli meninggal dunia, dahan pohon beringin yang letaknya di Kaja Kangin (Utara-Timur) patah. Kemudian jika ada pendeta yang meninggal, maka dahan pohon beringin sebelah Kaja Kauh (Barat Daya) patah. Sedangkan jika bagian yang patah letaknya Kelod Kangin (Timur Lau) dan Kelod Kauh (Tenggara) maka diyakini akan ada musibah yang menimpa masyarakat.
Terkait upacara, karya di Pura Kehen Bangli berlangsung setiap enam bulan sekali tepatnya pada Hari Raya Pagerwesi yakni setiap Buda Kliwon Wuku Sinta. Namun, upacara besarnya yaitu Ngusaba Dewa atau biasa disebut Karya Agung Bhatara Turun Kabeh berlangsung setiap tiga tahun sekali, tepatnya Purnama Kalima, Saniscara Pon Wuku Sinta. Selain itu, upacara kecil seperti Saraswati, Ulian Sugimanik, Purnama, Tilem, Kajeng Kliwon serta Buda Kliwon juga dilangsungkan di Pura Kehen.

Sebagai Pura Kahyangan Jagat, setiap upacara yang dilaksanakan di Pura Kehen, desa yang tergabung dalam Gebog (tatanan masyarakat) Domas (800) dan Bebanuan Pura Kehen memiliki peran masing-masing, mulai dari persiapan hingga pelaksanaan. Dalam hal wewangunan misalnya, Banjar Kawan bertanggung jawab untuk membangun warung matanding, Banjar Tegal membuat Penyawang, Sanggar Tawang Tutuan, Bale Gading dan Bale Timbang. Banjar Pekuwon membangun warung pamuspaan, Banjar Pule membangun warung ilen-ilen, Banjar Blungbang membangun warung mejahitan. Untuk Banjar Gunaksa dan Sidembunut bertugas membangun linggih bhatara Perampean, Banjar Kubu membangun linggih bhatara Melasti, tutuan, panggungan dan pawedaan. Banjar Geria membangun sanggar agung peselang, sanggar agung pemalik sumpahan. Banjar Bebalang membangung Bale Perayungan dan Banjar Nyalian membangun warung peratengan.

Pembagian tugas tersebut dilakukan berdasarkan dresta dan sukat yang telah dilaksankan dari tahun-ketahun dan tidak akan pernah diubah atau ditukar-tukar. Selain sebagai bentuk pertanggungjawaban atas tugas masing-masing, juga memunculkan semangat kebersamaan dan saling memiliki terhadap karya yang berlangsung di Pura Kehen.
Pemangku di Pura Kehen berjumlah 33 orang yang terbagi atas dua golongan, yakni Dangka dan Pemaksan. Dangka terdiri dari 16 orang pemangku yang bertugas sebagai pangempon khusus perampean atau pelinggih-pelinggih di jeroan. Sedangkan Pemaksan yang terdiri dari 17 orang bertugas sebagai pembantu Dangka.
about myblog
blog ini adalah sebuah blog yang dibuat oleh jemari orang desa yang bukan kampungan yang mencoba berselancar di dunia maya, bermodalkan warnet terdekat jemari inipun menari mengikuti kata hati, walau tidak peduli akan tatanan bahasa yang ada, serta menangkap fenomena-fenomena yang nyeleneh di kalangan masyarakat dengan itulah sebuah aib akan terungkap oleh jemari desa yang bukan kampungan, membuka aib inilah kerjaan seekor orang gila dengan jemarinya ini, mengungkap ketidak adilan tapi bukan pahlawan bertopeng, apa yang janggal dimata saya, ya itulah yang akan saya tuangkan dengan jemari desa yang bukan kampungan ini.